"Tidaklah Beriman Bersamanya, Kecuali Sedikit Saja" (Surat Hud: 40): Pelajaran Dari Kisah Nabi Nuh

12 Aug 2024

Surat Hud ayat 40 menyimpan sebuah pelajaran penting tentang kesabaran dan keteguhan dalam keimanan. Ayat tersebut berbunyi:

“(Sehingga) apabila perintah Kami datang dan tanur telah memancarkan air, Kami berfirman, ‘Muatkanlah ke dalamnya (bahtera) dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan orang-orang yang beriman.’ Dan tidaklah beriman bersamanya kecuali sedikit saja.” (QS. Hud: 40)

Ayat ini mengisahkan tentang Nabi Nuh ‘alaihis salam, yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan risalah kepada kaumnya. Nabi Nuh menghabiskan waktu yang sangat panjang, yakni 950 tahun, untuk menyeru umatnya kepada keimanan dan kebenaran. Namun, meskipun begitu lama beliau berdakwah, hanya sedikit dari kaumnya yang menerima ajaran beliau dan beriman kepada Allah.

Pelajaran dari Kisah Nabi Nuh

  1. Kesabaran dalam Berdakwah
    Nabi Nuh adalah contoh teladan dalam hal kesabaran. Meskipun mendapatkan berbagai bentuk ejekan, penolakan, bahkan ancaman dari kaumnya, beliau tetap teguh dalam menyampaikan risalah Allah. Ini mengajarkan kita bahwa dalam menyampaikan kebenaran, kita harus memiliki keteguhan hati dan tidak mudah putus asa, meskipun tantangan yang dihadapi sangat berat.

  2. Kualitas Lebih Penting daripada Kuantitas
    Ayat ini juga mengingatkan kita bahwa kualitas keimanan lebih penting daripada kuantitas pengikut. Meskipun hanya sedikit yang beriman kepada Nabi Nuh, mereka adalah orang-orang yang benar-benar meyakini kebenaran dan siap mengikuti perintah Allah. Dalam konteks dakwah, ini berarti bahwa seorang dai harus fokus pada membangun kualitas keimanan yang kuat dalam diri pengikutnya, bukan hanya memperbanyak jumlah pengikut.

  3. Tanda Ketidaktaatan Kaum kepada Nabi Nuh
    Meskipun diberi banyak kesempatan dan peringatan, kebanyakan kaum Nabi Nuh tetap menolak untuk beriman. Penolakan ini bukan hanya karena ketidakmauan mereka menerima kebenaran, tetapi juga karena kesombongan dan kekerasan hati mereka. Hal ini memperlihatkan bahwa hidayah adalah milik Allah semata, dan hanya orang-orang yang dikehendaki-Nya yang akan menerima petunjuk tersebut.

  4. Pentingnya Menjaga Keimanan di Tengah Mayoritas yang Menolak
    Ketika berada di tengah masyarakat yang mayoritasnya menolak kebenaran, seseorang yang beriman harus mampu menjaga keimanannya dengan baik. Ayat ini menunjukkan bahwa tidak selalu mayoritas adalah benar. Seringkali, orang yang berpegang teguh pada kebenaran justru menjadi minoritas, namun hal ini tidak boleh mengurangi keyakinan dan keteguhan hati dalam beriman.

Refleksi bagi Kehidupan Kita

Kisah Nabi Nuh ini memberikan banyak pelajaran yang relevan dengan kehidupan kita saat ini. Dalam menjalani kehidupan, kita sering kali dihadapkan pada situasi di mana kebenaran diabaikan dan kebatilan menjadi dominan. Namun, sebagai umat yang beriman, kita harus tetap teguh dan konsisten dalam menjalankan ajaran Islam, meskipun mungkin hanya sedikit yang mendukung kita.

Allah menguji keimanan hamba-Nya melalui berbagai cara, dan salah satu ujian terbesar adalah saat kita harus tetap berpegang pada kebenaran meskipun di tengah-tengah lingkungan yang tidak mendukung. Ayat ini mengingatkan kita bahwa pada akhirnya, yang terpenting bukanlah seberapa banyak orang yang bersama kita, tetapi seberapa kuat keimanan kita kepada Allah.

Kesimpulan

Surat Hud ayat 40 menegaskan bahwa dalam berdakwah dan berpegang pada kebenaran, jumlah pengikut bukanlah ukuran utama, tetapi kualitas keimanan dan keteguhan hati adalah yang paling penting. Kisah Nabi Nuh mengajarkan kita untuk selalu sabar, teguh, dan fokus pada kualitas keimanan, meskipun hanya sedikit yang mau menerima kebenaran yang kita sampaikan. Semoga kita termasuk golongan yang senantiasa beriman dan istiqamah dalam menjalankan perintah Allah, meskipun harus menjadi minoritas dalam kebenaran.