Tidak Memiliki Rasa Malu Berbuat Dosa
Ibnu Abbas mengatakan:
قِلَّةُ حَيَائِكَ مِمَّنْ عَلَى الْيَمِيْنِ وَعَلَى الشِّمَالِ وَأَنْتَ عَلَى الذَّنْبِ أَعْظَمُ مِنَ الذَّنْبِ … وَخَوْفُكَ مِنَ الرِّيْحِ إِذاَ حَرّكَ سَتْرَ بَابِكَ وَأَنْتَ عَلَى الذَّنْبِ وَلاَ يَضْطَرِبُ فُؤَادُكَ مِنْ نَظْرِ اللَّهِ إِلَيْكَ أَعْظَمُ مِنَ الذَّنْبِ
“Tidak punya rasa malu dengan malaikat pencatat amal yang berada di kanan dan kirimu ketika engkau berbuat dosa adalah sebuah dosa yang lebih besar dibandingkan dosa itu sendiri…
Rasa takutmu terhadap angin yang menggerakkan kain penutup pintu kamar yang engkau sedang melakukan dosa di dalamnya namun jantungmu tidak berdegup kencang karena sadar bahwa Allahﷻ melihatmu adalah sebuah dosa yang lebih besar dibandingkan dosa maksiat yang kau lakukan. (Ad-Da’wad Dawa’ karya Ibnul Qayyim hal. 57)
Seorang Muslim tidak akan melakukan perbuatan maksiat kecuali dia tidak malu dengan malaikat yang mencatat amalan.
Misalnya, perzinahan.
Kecuali jika malaikat yang mencatat amal membuang rasa malu, Muslim tidak akan melakukan perzinahan.
Tidak malu dengan malaikat pencatat amal, sehingga berbuat zina adalah perbuatan yang menimbulkan dosa besar.
Bahkan jika kejahatan perzinahan begitu besar.
Ketika seseorang melakukan perbuatan asusila di dalam ruangan yang pintunya hanya ditutupi kain, tentu dia takut kain tersebut bergerak tertiup angin. Dia khawatir seseorang akan menangkapnya dan melihatnya.
Namun, setiap kali Allah melihat semua perbuatannya. Lebih takut terlihat daripada saat melakukan perilaku asusila lebih besar daripada dilakukan oleh perilaku asusila itu sendiri.
Misalnya, jika seorang suami berzina dan takut ditangkap, tanpa khawatir Allah mengetahui dan melihat bahwa dia berzina, maka kejahatannya lebih besar dari kejahatan zina itu sendiri.
Semoga kita selalu dihindarkan dari perbuatan tidak terpuji. Aaamiin..