Perumpamaan Al-Qur’an Dalam Hadits: Antara Amalan Dan Keberkahan
Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, Rasulullah ﷺ menggambarkan kedudukan al-Qur’an dalam diri seseorang dengan dua perumpamaan yang indah dan penuh makna. Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya bukan hanya mempelajari dan membaca al-Qur’an, tetapi juga mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut kutipan hadits tersebut:
"Sesungguhnya perumpamaan al-Qur’an bagi orang yang mempelajarinya lalu membaca dan mengamalkannya adalah seperti kantong kulit berisi minyak kesturi yang aromanya menyebar ke segala penjuru. Sedangkan perumpamaan orang yang mempelajarinya, lalu dia tidur (tidak mengamalkannya), padahal al-Qur’an ada dalam dirinya laksana kantong kulit atau cap tanda yang diletakkan di atas minyak kesturi.” (HR. at-Tirmidzi, hadits hasan).
Perumpamaan Pertama: Seperti Kantong Kulit Berisi Minyak Kesturi
Dalam perumpamaan ini, Rasulullah ﷺ menggambarkan seseorang yang mempelajari al-Qur’an, membacanya, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari seperti kantong kulit yang berisi minyak kesturi. Minyak kesturi dikenal dengan aromanya yang sangat wangi dan khas. Kantong kulit tersebut tidak mampu menahan aroma minyak kesturi, sehingga wanginya menyebar ke segala penjuru.
Ini adalah gambaran dari keberkahan al-Qur’an yang tidak hanya dinikmati oleh pemiliknya, tetapi juga memberikan manfaat dan pengaruh positif kepada lingkungan sekitarnya. Orang yang mengamalkan al-Qur’an ibarat menyebarkan keharuman kebaikan, akhlak mulia, dan petunjuk hidup kepada orang-orang di sekitarnya. Al-Qur’an yang dipelajari dan diamalkan menjadi sumber cahaya dan hidayah, bukan hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi masyarakat di sekitarnya.
Perumpamaan Kedua: Seperti Kantong Kulit yang Diletakkan di Atas Minyak Kesturi
Sebaliknya, Rasulullah ﷺ memberikan perumpamaan bagi orang yang mempelajari al-Qur’an, tetapi tidak mengamalkannya. Orang tersebut diibaratkan seperti kantong kulit yang diletakkan di atas minyak kesturi. Minyak kesturi tetap memiliki aroma yang wangi, namun karena tertutup oleh kantong kulit, wanginya tidak menyebar ke mana-mana.
Ini adalah gambaran seseorang yang memiliki pengetahuan tentang al-Qur’an, tetapi tidak mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu dan petunjuk al-Qur’an ada dalam dirinya, tetapi tidak memberikan manfaat baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Seperti kantong kulit yang menutupi wangi minyak kesturi, ilmunya tertahan dan tidak tersebar. Orang seperti ini kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keberkahan dari al-Qur’an karena tidak mengamalkannya.
Pelajaran dari Hadits Ini
Hadits ini memberikan pelajaran penting tentang hakikat ilmu al-Qur’an. Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan potensi yang tidak digunakan. Al-Qur’an tidak hanya untuk dibaca dan dihafal, tetapi lebih dari itu, ia adalah pedoman hidup yang harus diwujudkan dalam tindakan dan perilaku sehari-hari. Rasulullah ﷺ mengingatkan kita bahwa keberkahan dari al-Qur’an baru akan dirasakan ketika kita mengamalkannya.
Keberkahan al-Qur’an bukan hanya terkait dengan pahala yang dijanjikan Allah kepada orang yang membaca dan menghafalnya, tetapi juga berkaitan dengan dampak positif yang ditimbulkan dalam kehidupan sosial dan pribadi. Ketika al-Qur’an diamalkan, ia menjadi sumber kebahagiaan, ketenangan, dan petunjuk dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
Penutup
Hadits ini menegaskan bahwa ilmu dan amalan harus berjalan seiring. Ilmu al-Qur’an yang tidak diamalkan hanya akan menjadi beban, sedangkan ilmu yang diamalkan akan menjadi sumber keberkahan. Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mempelajari, membaca, mengamalkan, dan menyebarkan keberkahan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Amin.