Merendah Diri Sebagai Kunci Kerukunan Dalam Islam: Refleksi Atas Hadis "Dan Allah Mewahyukan Kepadaku..."
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya dengan nomor 2865 berbunyi: "Dan Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling merendah diri agar tidak ada seorangpun yang berbangga diri pada yang lain dan agar tidak seorangpun berlaku zhalim pada yang lain." Hadis ini memiliki makna yang sangat mendalam dalam kehidupan sehari-hari seorang Muslim. Melalui hadis ini, kita diajarkan untuk menanamkan sifat rendah hati dan menjauhi kesombongan serta kezaliman dalam berinteraksi dengan sesama.
Merendah Diri: Fondasi Keharmonisan Sosial
Merendah diri atau tawadhu’ adalah sikap mengakui bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah anugerah dari Allah SWT. Dengan memiliki sikap ini, seorang Muslim menyadari bahwa tidak ada alasan untuk merasa lebih unggul atau lebih baik dari orang lain. Allah SWT menciptakan manusia dalam berbagai macam kondisi: ada yang kaya, ada yang miskin; ada yang berilmu, ada yang masih belajar; ada yang sehat, ada yang sakit. Semua perbedaan ini adalah bagian dari rencana Ilahi untuk menguji sejauh mana kita bisa saling menghargai dan saling membantu satu sama lain.
Menjauhi Kesombongan: Penghalang bagi Kedamaian
Kesombongan adalah sikap merasa lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain. Sikap ini bukan hanya merusak hubungan antarmanusia, tetapi juga merupakan salah satu dosa yang sangat dibenci oleh Allah SWT. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: "Dan janganlah engkau memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. Luqman: 18). Kesombongan menutup hati dari kebenaran dan membuat seseorang sulit menerima nasihat atau kritik yang membangun.
Menolak Kezaliman: Membangun Keadilan dalam Masyarakat
Selain mencegah kesombongan, hadis ini juga mengingatkan kita untuk menjauhi kezaliman. Zalim adalah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, baik dalam bentuk perbuatan, ucapan, atau sikap. Kezaliman bisa berupa tindakan merugikan orang lain, baik secara fisik, mental, maupun spiritual. Dalam sebuah masyarakat yang adil, tidak ada tempat bagi kezaliman karena setiap individu diperlakukan dengan hormat dan setara di hadapan hukum dan di hadapan Allah SWT.
Kesimpulan: Implementasi Hadis dalam Kehidupan Sehari-hari
Mengamalkan hadis ini berarti berusaha untuk selalu rendah hati, tidak membanggakan diri, dan menjauhi kezaliman dalam setiap interaksi kita. Dengan demikian, kita berkontribusi pada terciptanya lingkungan yang penuh kedamaian, saling menghormati, dan keadilan. Dalam skala yang lebih luas, sikap ini juga akan membawa dampak positif dalam membangun masyarakat yang harmonis dan beradab, sesuai dengan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Sebagai Muslim, kita diajak untuk selalu mengingat bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah amanah dari Allah dan hanya Dia-lah yang berhak untuk disembah dan diagungkan. Dengan merendah diri, kita mendekatkan diri kepada Allah dan membuka pintu rahmat-Nya bagi diri kita sendiri dan orang lain. Semoga kita semua dapat mengamalkan ajaran mulia ini dalam kehidupan sehari-hari. Amin.