Anjuran Tidak Makan Sebelum Sholat Idul Adha
Menjelang perayaan Hari Raya Idul Adha, umat Muslim di seluruh dunia bersiap-siap untuk merayakan momen penting dalam agama mereka. Salah satu anjuran yang dipegang teguh dalam menjalankan ibadah Idul Adha adalah tidak makan sebelum melaksanakan shalat Idul Adha. Anjuran ini memiliki latar belakang dan makna yang mendalam dalam konteks perayaan ini.
Dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata, كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘ied pada hari Idul Fithri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat ‘ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.” (HR. Ahmad 5: 352.Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan) Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, قال أحمد: والأضحى لا يأكل فيه حتى يرجع إذا كان له ذبح، لأن النبي صلى الله عليه وسلم أكل من ذبيحته، وإذا لم يكن له ذبح لم يبال أن يأكل. اهـ. “Imam Ahmad berkata: “Saat Idul Adha dianjurkan tidak makan hingga kembali dan memakan hasil sembelihan qurban. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam makan dari hasil sembelihan qurbannya. Jika seseorang tidak memiliki qurban (tidak berqurban), maka tidak masalah jika ia makan terlebih dahulu sebelum shalat ‘ied.” (Al Mughni, 2: 228) Ibnu Hazm rahimahullah berkata, وإن أكل يوم الأضحى قبل غدوه إلى المصلى فلا بأس، وإن لم يأكل حتى يأكل من أضحيته فحسن، ولا يحل صيامهما أصلا “Jika seseorang makan pada hari Idul Adha sebelum berangkat shalat ‘ied di tanah lapang (musholla), maka tidak mengapa. Jika ia tidak makan sampai ia makan dari hasil sembelihan qurbannya, maka itu lebih baik. Tidak boleh berpuasa pada hari ‘ied (Idul Fithri dan Idul Adha) sama sekali.” (Al Muhalla, 5: 89)
Idul Adha, juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban, adalah hari yang diperingati untuk mengenang peristiwa bersejarah ketika Nabi Ibrahim AS (Abraham) diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengorbankan putranya, Nabi Ismail AS (Ishmael). Ketika Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS dengan tulus menerima perintah tersebut, Allah SWT menggantikan Nabi Ismail AS dengan seekor domba sebagai pengorbanan yang sesungguhnya. Peristiwa ini mencerminkan ketaatan dan kesetiaan Nabi Ibrahim AS kepada Allah SWT.
Anjuran untuk tidak makan sebelum shalat Idul Adha memiliki tujuan yang mendalam. Puasa sebelum melaksanakan shalat Idul Adha mengingatkan umat Muslim akan pengorbanan dan ketaatan Nabi Ibrahim AS. Ini juga merupakan bentuk pengabdian dan penghormatan terhadap ajaran agama yang dianut. Dalam mengorbankan makanan dan minuman, umat Muslim merenungkan makna sejati dari ibadah kurban yang melibatkan pengorbanan hewan yang dijadikan sumber kebutuhan bagi mereka yang membutuhkan.
Dalam hal ini, puasa sebelum shalat Idul Adha juga memiliki dimensi spiritual. Dengan menahan diri dari makan dan minum, umat Muslim membersihkan diri dari nafsu dan godaan dunia yang sering menghalangi upaya spiritual. Hal ini memberikan kesempatan bagi umat Muslim untuk fokus sepenuhnya pada ibadah dan memperkuat ikatan mereka dengan Allah SWT. Puasa ini juga dapat membantu dalam memperdalam rasa syukur dan keikhlasan dalam menjalankan ibadah kurban.
Namun, penting untuk dicatat bahwa anjuran ini bukanlah kewajiban mutlak yang harus diikuti oleh setiap individu. Anjuran untuk tidak makan sebelum shalat Idul Adha adalah sunnah, yang berarti tindakan yang dianjurkan tetapi tidak diwajibkan secara hukum. Ada kondisi tertentu di mana seseorang tidak dianjurkan atau diperbolehkan untuk berpuasa, seperti wanita hamil, menyusui, orang sakit, atau mereka yang dalam keadaan perjalanan.
Selain itu, kesehatan dan keadaan fisik seseorang harus menjadi pertimbangan utama dalam mengambil keputusan terkait dengan anjuran ini. Jika ada risiko yang terkait dengan kesehatan atau jika tidak makan dapat membahayakan individu, maka penting untuk memprioritaskan kesehatan dan keseimbangan tubuh.
Dalam menjalankan ibadah Idul Adha, penting untuk diingat bahwa nilai-nilai kesederhanaan, kedermawanan, dan keikhlasan lebih penting daripada perbuatan fisik semata. Selain berpuasa, perlu juga diperhatikan sikap dan niat yang tulus dalam melaksanakan ibadah kurban. Semangat pengorbanan, cinta kasih, dan kepedulian terhadap sesama juga harus dipelihara sepanjang perayaan ini.
Idul Adha adalah momen yang berharga bagi umat Muslim untuk merefleksikan nilai-nilai agama, memperkuat ikatan dengan Allah SWT, dan meningkatkan kepedulian sosial. Anjuran untuk tidak makan sebelum shalat Idul Adha adalah salah satu cara untuk menghidupkan semangat dan makna sejati dari ibadah kurban. Namun, perlu diingat bahwa keputusan individu berpuasa atau tidak sebelum shalat Idul Adha harus didasarkan pada kesehatan dan keadaan pribadi masing-masing.