Aku Yakin Bahwa Aku Tidak Akan Luput Dari Pengawasan Allah, Maka Aku Pun Malu Berbuat Maksiat Terhadap-Nya
Kata-kata ini merupakan ungkapan dari seorang ulama yang sangat menyadari kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupannya. Ucapan ini, yang dinukil dalam kitab Siyar A'lam An-Nubala (11/485), mencerminkan tingkat ketakwaan dan kesadaran penuh akan pengawasan Allah yang luar biasa. Ungkapan ini mengingatkan kita akan pentingnya muraqabah, yaitu perasaan selalu diawasi oleh Allah, sehingga hal itu menjadi benteng kuat yang mencegah seseorang dari melakukan maksiat.
Makna Muraqabah: Merasakan Pengawasan Allah
Muraqabah berasal dari kata raqib yang berarti pengawas atau penjaga. Dalam konteks spiritual, muraqabah berarti perasaan selalu diawasi oleh Allah dalam setiap perbuatan, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Seorang mukmin yang memiliki muraqabah akan selalu merasa dirinya berada di bawah pengawasan Allah, sehingga dia berusaha untuk menjaga segala tindakannya agar tetap berada dalam koridor yang diridhai-Nya.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
"Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hadid: 4)
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah tidak pernah luput dari melihat dan mengetahui setiap perbuatan hamba-Nya. Kesadaran akan hal ini seharusnya menumbuhkan rasa malu yang mendalam untuk berbuat maksiat kepada-Nya.
Malu: Penghalang Utama dari Maksiat
Rasa malu (haya’) adalah salah satu sifat yang sangat ditekankan dalam Islam. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Malu itu adalah sebagian dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Malu dalam konteks ini bukan hanya rasa malu kepada sesama manusia, tetapi lebih penting lagi adalah rasa malu kepada Allah. Ketika seseorang menyadari bahwa Allah selalu melihatnya, rasa malu kepada Allah akan muncul dengan sendirinya. Inilah yang menjadi penghalang utama dari melakukan perbuatan maksiat.
Seperti yang diungkapkan oleh ulama dalam Siyar A'lam An-Nubala, keyakinan bahwa kita tidak akan pernah luput dari pengawasan Allah menumbuhkan rasa malu untuk berbuat maksiat. Hal ini dikarenakan seorang mukmin yang sejati tidak hanya menghindari maksiat karena takut akan hukuman, tetapi lebih dari itu, dia menghindarinya karena rasa malu kepada Allah yang Maha Melihat.
Menghidupkan Rasa Malu dalam Kehidupan Sehari-hari
Menghidupkan muraqabah dalam kehidupan sehari-hari adalah langkah penting untuk menjaga diri dari maksiat. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
- Memperbanyak Dzikir dan Doa: Mengingat Allah secara terus-menerus akan memperkuat perasaan bahwa Allah selalu hadir dalam kehidupan kita.
- Mendekatkan Diri kepada Al-Qur’an: Membaca dan merenungkan ayat-ayat Al-Qur’an yang mengingatkan kita akan pengawasan Allah dapat membantu menumbuhkan rasa takut dan malu kepada-Nya.
- Membiasakan Muhasabah: Melakukan introspeksi diri setiap hari untuk menilai sejauh mana kita telah menjaga diri dari maksiat dan apakah kita telah benar-benar merasakan pengawasan Allah dalam setiap perbuatan kita.
- Menghadiri Majelis Ilmu: Mendengarkan ceramah dan kajian yang mengingatkan tentang ketakwaan dan pengawasan Allah dapat membantu kita memperkuat iman dan menghidupkan muraqabah dalam hati.
Kesimpulan
Keyakinan bahwa kita tidak akan luput dari pengawasan Allah merupakan landasan utama dalam membangun kehidupan yang bersih dari maksiat. Ketika rasa muraqabah dan malu kepada Allah tumbuh dalam hati, seseorang akan selalu berusaha menjaga dirinya dari perbuatan dosa, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Inilah salah satu bentuk ketakwaan yang paling tinggi, di mana seseorang bukan hanya takut kepada hukuman Allah, tetapi juga malu untuk mengkhianati nikmat dan pengawasan-Nya. Sebuah kehidupan yang dijalani dengan rasa muraqabah akan senantiasa berada dalam lindungan dan rahmat Allah.